Firman Allah

“BOLEH JADI KAMU MEMBENCI SESUATU, PADAHAL IA AMAT BAIK BAGIMU, DAN BOLEH JADI KAMU MENYUKAI SESUATU, PADAHAL IA AMAT BURUK BAGIMU” (AL-BAQARAH:216)

01 February 2011

Ketakutan Amerika dan Israel dari Revolusi Mesir


Yaser Zaaterah
Jumat lalu, Amerika mengalami kegusaran berat terhadap apa yang terjadi di Mesir menyusul kejadian di Mesir. AS dan jubir-jubirnya menyampaikan keresahannya atas peristiwa itu. Bahkan Presiden Obama sendiri mengalami hal yang sama. Tanpak Gedung Putih tersentak.
Sementara Israel lebih buruk kondisinya menyikapi peristiwa Mesir. Meski elit-elit pemerintah dan keamanan berusaha berhati-hati mengomentari kejadian ini karena khawatir akan membahayakan sikap rezim Mubarak. Namun media-media Israel tidak berhenti memberitakan situasi gelisah Israel. Israel yakin bahwa satu perubahan opini massa di Mesir akan menjadi tragedy politik bagi negara mereka sebagai negara penjajah. Israel lah yang memanfaatkan keluarnya Mesir dari konflik. Jika sekarang Mesir jatuh ke tangan "perlawanan" apa yang nantinya dialami Israel?
Mantan Menteri dan anggota partai Buruh Israel, Benjamen Ben Eliezer yang dikenal dekat dengan presiden Mubarak menyatakan secara jelas soal ini. Seperti dikutip harian Haaretz edisi Ahad lalu, Elizer mengatakan, "Mesir adalah Negara terpenting bagi Israel dari segala sisi dan dari segala penilaian. Kita harus ingat bahwa Negara dengan kekuatan militer terbesar (Mesir) dan masih menjadi faktor perimbangan dan stabilitas di kawasan. Kita harus ingat bahwa Mesir masih menjadi pusat stabiliats di kawasan Timteng."
Pejabat Israel ini menambahkan, "Saya tidak resah atas kesepakatan perdamaian. Menurut prediksi saya, siapapun yang menempati posisi Mubarak, kecuali Ikhwanul Muslimin, akan menghormati kesepakatan damai sebab ini adalah kepentingan Mesir."
Ben Elizer menyatakan tersentak berat dengan aksi protes yang terus berlanjut di Mesir. "Saya selalu menyambung dengan TV. Saya sangat resah atas perkembangan di sana."
Keresahan Amerika dan Israel ini pernah disampaikan Mustafa Al-Faqi, kepala komisi urusan luar negeri di Majlis Rakyat Mesir ketika menyatakan bahwa presiden Mesir membutuhkan persetujuan Amerika dan penerimaan Israel.
Amerika resah karena jika revolusi Mesir berhasil maka arah kebijakan dan kompas luar negeri agar berubah di dunia Arab. Amerika sadar bahwa dirinya adalah musuh umat Islam kedua setelah Israel. Artinya, hubungan Amerika nantinya dengan Mesir akan berubah, minimal Mesir nanti menolak dikte Amerika.
Mesir bukan Negara biasa. Ia adalah memiliki peran dan timbangan besar di dunia Arab. Perubahan di sana bukan seperti perubahan di Negara lain.
Politik rezim Mubarak dan keamanan nasional Mesir bukan sendiri menjadi tragedy bagi umat, tragedi disintegrasi Sudah selatan, blokade Gaza, sebelum ini pembunuhan Arafat, transisi ke otoritas Palestina yang terlibat dalam pembunuhan Arafat adalah daftar tragedy bangsa Arab secara keseluruhan.
Belum laqi Irak yang kini menjadi incaran Iran sendirian untuk mempermainkannya. Tunis sudah membuka pintu, tapi 'gerbang' Mesir kan lebih penting sebab harapan kebebasan dan harga diri umat akan terbuka.
Jika Mesir berhasil mengubah rezim sekarang, maka rezim lain akan ikut bertumbangan setelah itu. Jika itu terjadi maka umat akan membuat kebijakan baru dalam konfliknya dengan pihak-pihak yang memusuhi mereka selama ini, terutama Israel dan Amerika. Iran tidak akan lagi berani mengancam Arab, baik ancaman dari sisi politik atau sectarian dan dialog akan menjadi jalan memecahkan masalah antara kedua pihak.
Rakyat Mesir hari ini maju menjadi shaf terdepan dalam memimpin umat. Kini pejuang-pejuang mulia Arab berdiri di depan gerbang kedubes Mesir di Negara-negara Arab; pertama, untuk mendukung dan menyampaikan penghormatan kepada massa Mesir, kedua, menyampaikan bahwa rezim otoriter "sudahlah" sudah saatnya hengkang agar Mesir menjalani hidup baru dengan judul "kehormatan, harga diri dan kebebasan" dengan izin Allah. (bsyr/Dustru Jordania)

No comments:

Post a Comment